Selasa, 14 Agustus 2012

Hari ketika aku mulai menulis lagi

Hari ini ketika aku menulis, aku masih bisa mengingat kumbang yang terbang beberapa detik pada sore hari ditaman. Aku berharap kamu mengerti warisan misteri yang terbuka meskipun hanya sekecil itu. kumbang tak kurang mencengangkan pikiran dibandingkan bintang-bintang galaksi-galaksi yang nun jauh diatas sana. Kupikir menciptakan kumbang membutuhkan kecerdasan yang lebih besar dibandingkan dengan menciptakan lubang hitam.
Untukku, dunia ini selalu penuh dengan keajaiban. Bayangkan dunia ini sebelum segala macam penemuan modern tentang hukum alam, teori evolusi, atom-atom, molekul DNA biokimia dan sel saraf sebelum bumi ini berputar, bahkan sebelum bumi ini direduksi menjadi sebuah planet diruang angkasa, dan sebelum tubuh manusia yang membanggakan ini dipilih menjadi jantung, paru-paru, lambung, hati, otak, aliran darah, otot, perut, dan usus. Aku berbicara tentang masa ketika manusia hanyalah manusia yang utuh,  tak lebih ataupun kurang. Pada saat itu dunia hanyalah sebuah dongengan yang berkilau.
Perasaan yang muncul secara spontan terhadap alam yang bisa ditemukan dicerita rakyat, ketika kita belum menjejali diri dengan terlalu banyak fisika dan kimia.
Jangan katakan bahwa alam ini bukanlah sebuah mukjizat. Jangan katakan bahwa dunia ini bukan sebuah dongeng. Siapapun yang tidak menyadari itu, mungkin tidak pernah benar-benar mengerti hingga dongeng itu hampir selesai. Lalu, akan tiba satu kesempatan terakhir untuk melepas penutup mata, kesempatan terakhir untuk menggosok matamu sambil terkaget-kaget, kesempatan terakhir untuk menyerahkan diri pada ketakjuban yang kau beri ucapan selamat jalan dan pergi meninggalkanmu.
Aku ingin tau, apakah kau mengerti apa yang coba kusampaikan. Tak pernah ada orang yang pergi dengan menahan isak tangis ketika berpisah dengan geometri Euclid atau sistem periodik atom. Tak ada mata yang memerah lantaran mereka akan berpisah dari internet atau dijauhkan dari tabel perkalian mereka.
Kita akan berpisah dengan dunia ini, dengan hidup, dongeng itu. kemudian, ada sekelompok kecil orang yang benar-benar kau sayangi yang harus kau ucapkan selamat tinggal kepada mereka juga.
Kadang-kadang, aku berharap hidup sebelum penemuan tabel perkalian dan tentu saja sebelum fisika modern dan kimia, sebelum kita pikir kita tau segala sesuatu. Maksudku, dunia ini memang mukjizat. Tapi persis sepeti itulah dunia ini mengagetkan aku pada saat ini, ketika aku duduk di hadapan komputer menuliskan baris-baris ini untukmu.
 Aku sendiri bukan seorang ilmuan, dan aku sama sekali tidak menolak sains, tapi aku hanya melihat dunia dengan pandangan yang mistik, nyaris animistik tentang dunia. Dan untukku dunia ini pun abstak, dan kehidupan didalamnyalah yang absurd. Aku tidak membiarkan Newton atau Darwin mencerabut selubung misteri kehidupan.
Dan didalam dongeng itu aku punya dua alternatif karier. Entah aku ingin jadi penulis, seorang yang merayakan dunia tempat kita hidup ini dengan kata-kata. Atau menjadi pengacara, seorang yang berstatus sosial.
Namun, aku tidak pernah berhasil menjadi penulis. Akan tetapi, setidaknya aku sudah menuliskan baris-baris ini untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar